Jumat, 15 Juli 2016

Ciri Kisah-kisah di Al-Qur'an

KEBEBASAN SENI SASTRA DALAM KISAH-KISAH DI AL-QUR'AN

Menurut Muhammad Khalafullah, seorang sarjana Mesir, fenomena "kebebasan seni" sangat banyak ditemukan pada kisah-kisah di al-Qur'an. Hasil pengamatan beliau adalah sebagai berikut:

1. al-Qur'an sering mengesampingkan unsur-unsur penting sebuah peristiwa sejarah. Misal, tidak adanya penyebutan waktu, tempat, & pelaku peristiwa.

2. al-Qur'an sering menonjolkan beberapa potong saja dari suatu peristiwa dan tidak menceritakannya dengan tuntas.

3. al-Qur'an sering tidak memperhatikan urutan waktu & tempat. Tak jarang urutan waktu & tempatnya sangat kontroversial.

4. al-Qur'an sering menceritakan satu kisah dalam dua versi pendeskripsian berbeda. Di satu tempat, kisah tersebut disandarkan kepada para pelaku tertentu, namun di tempat lain para pelaku tersebut diganti dengan pelaku lain.

5. dalam kisah-kisah al-Qur'an yang diulang, sering dijumpai karakteristik atau kondisi jiwa pelakunya berbeda, padahal masih dalam satu kejadian yang sama.

6. kisah-kisah al-Qur'an sering menceritakan kejadian yang tidak pernah terjadi.

Menurut Khalafullah, semua hal di atas ada karena tujuan al-Qur'an bukan untuk membenarkan unsur-unsur sejarah, tetapi bertujuan pokok untuk menyampaikan pesan moral, agama, & kebaikan.

Kepustakaan:
Muhammad A. Khalafullah, Al-Qur'an Bukan Kitab Sejarah (Penerbit Paramadina, 2002).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar