Jumat, 15 Juli 2016

Roh Allah Melayang-layang

DEWA MATAHARI, NAGA TIAMAT, & ALLAH

Di Mesir kuno dikisahkan bahwa dewa Matahari lahir dari bukit kecil yang muncul dari samudera raya purba. Di Mesopotamia kuno dikisahkan bahwa pada mulanya naga Tiamat adalah menyatu dengan samudera air asin purba. Masyarakat Asia Barat kuno beranggapan bahwa alam semesta pada mulanya adalah berupa samudera raya. Air yang memenuhi seluruh kosmos. Tentu berbeda dengan pemahaman masa kini bahwa alam semesta dimulai dari Dentuman Raya (Big Bang).

Di Israel kuno, dalam kitab Kejadian ("Beresyit"), dikisahkan, " ... gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air." (Kej.1:2). Allah (Elohim), sesembahan Israel kuno, diasumsikan telah ada. Ia disebutkan bukan "keluar" dari samudera raya itu. Bukan pula "menyatu" dengan air samudera itu. Ia melampaui & berada di atas samudera raya itu, "melayang-layang di atas permukaan air." Demikian tampaknya maksud tersirat dari Kej. 1:2 itu.

Kepustakaan:
Bill T. Arnold & Bryan E. Beyer, Readings from the Ancient Near East (Baker Academic, 2002).
David L. Baker & John J. Bimson, Mari Mengenal Arkeologi Alkitab (BPK Gunung Mulia, 2004).
Arthur Cotterell & Rachel Storm, The Ultimate Encyclopedia of Mythology (Hermes House, 2005).
Leland Ryken, Words of Delight (Baker Book House, 2005).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar